GURU DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Posted by Unknown Rabu, 27 Maret 2013 1 komentar

Sekurang-kurangnya ada enam alasan mengapa sampai saat ini masih ada sejumlah guru yang enggan menggunakan media dalam pembelajaran. Keenam alasan tersebut adalah sebagai berikut; Pertama, menggunakan media itu repot, kedua, media itu canggih dan mahal, ketiga, tidak bisa menggunakannya, keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius, kelima, tidak tersedia media di sekolah, keenam, kebiasaan menikmati bicara. Untuk mengatasi semua alasan tersebut hanya sedikit yang diperlukan, yaitu perubahan sikap.

GURU DAN MEDIA
Dahulu ada anggapan bahwa guru adalah orang yang paling tahu. Paradigma itu kemudian berkembang menjadi guru lebih dahulu tahu. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru bisa sama dengan murid, bahkan murid bisa lebih dulu tahu dari gurunya. Itu semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi di sekitar kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Banyak contoh, di mana siswa dapat lebih dahulu mengakses informasi dari media masa seperti surat kabar, televisi, bahkan internet. Bagaimana guru menyikapi perkembangan ini? Ada tiga kelompok guru dalam menyikapi hal ini, yaitu tidak peduli, menunggu petunjuk, atau cepat menyesuaikan diri.
Kelompok pertama yaitu mereka yang tidak peduli. Seorang guru yang mempunyai rasa percaya diri berlebihan (over confidence) barangkali akan berpegang kepada anggapan bahwa sampai kapanpun posisi guru tidak akan tergantikan. Dalam setiap proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhan manusiawi. Teknologi tidak bisa menggantikan manusia. Bagaimanapun teknologi berkembang, guru adalah guru, harus digugu dan ditiru. Benar bahwa media tidak dapat menggantikan guru, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan, bukanlah sikap yang tepat. Walau bagaimana, lingkungan kita terus berkembang, tuntutan masyarakat terhadap kualitas guru semakin meningkat. Kita tidak bisa tak peduli.
Kelompok kedua adalah yang menunggu petunjuk. Kelompok inilah yang paling banyak ditemukan. Mungkin ini akibat dari kebijakan selama ini, di mana guru dalam system pendidikan nasional hanya dianggap sebagai “tukang” melaksanakan kurikulum yang demikian rinci dan kaku. Kurikulum yang sangat lengkap dengan berbagai petunjuk pelaksanaannya, sehingga guru tinggal melaksanakan, tanpa boleh menyimpang dari pedoman baku.
Sejalan dengan perubahan kurikulum dan otonomi pendidikan, bukan lagi masanya bagi guru untuk selalu menunggu petunjuk. Guru adalah tenaga profesional, bukan tukang. Oleh karena itu, sikap yang tepat untuk kita adalah cepat menyesuaikan diri. Guru perlu segera mereposisi perannya. Pada saat ini guru tidak lagi harus menjadi orang yang paling tahu di kelas. Namun ia harus mampu menjadi fasilitator belajar. Ada banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalau muridnya lebih pandai dari dirinya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: GURU DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://tikkrai.blogspot.com/2013/03/guru-dan-media-pembelajaran_27.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Lucky Club Casino Site - All events | Lucky Club Live
All events. LUCKY CLUB, luckyclub.live LUCKY, LUCKY, LUCKY, LUCKY. Rating: 5 · ‎1 vote · ‎£1,000.00 to £100.00 · ‎In stock

Posting Komentar

Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.